Kamis, 30 Juli 2015

Review Wijaya Skin Care



Hi guys! How are u? I hope you always have a great day. Back to the topic, hari ini gue bakal nge share pengalaman saat berobat di Wijaya Platinum Skin Care. Kalo ada yang nanya, “Kok berobat? Emangnya kulit lo kenapa?” Well jawabannya adalah : muka gue tuh tipikal muka tengki minyak, kayaknya kiamat deh rasanya kalo muka ga berminyak lima menit aja. Sebenernya, kalo cuma berminyak doang sih mungkin gue ga masalah, tapi emang kayaknya udah sepaket sih ya, kulit berminyak = kulit berjerawat. Agree it or not? Ya terserah... tapi itu sih yang gue dan sebagian besar orang lain rasakan. 

Sebagai cewek, gue pasti mau dong tampil cantik dan mulus. Disaat gue lagi pengen pengennya berobat, gue liat iklan di Lejel Home Shopping, ternyata itu adalah iklan produk Murad dari dokter Amerika. Sepaket obat ini harganya 600ribu, ya lumayan kejangkaulah buat produk luar yang bermerek. Alhasil, karena terbuai dengan iklannya –orang yang mukanya berjerawat bisa jadi mulus dan bersih dalam waktu sebulan-, gue pun putuskan buat beli Murad. 

Setelah beli Murad, kok kayak gaada ngefek-ngefeknya ya ke kulit wajah. Minyak? Tetep banyak. Jerawat? Ya gini-gini aja. Tekstur wajah? Ga ada lembut-lembutnya. Dan disitu gue ngerasa desperate karena 600ribu gue melayang buat sesuatu yang gaada hasil. 

Sampe suatu saat gue denger ada satu skin care yang bagus, namanya Wijaya. Gue emang jarang denger sih, tapi orang lain –yang jelas bukan bintang iklan bayaran Wijaya- bilang kalo berobat disana tuh bagus, harganya lumayan kejangkau dan hasilnya kulit mulus. 

Karena penasaran, akhirnya gue dateng tuh ke Wijaya. Setelah sampai, gue disambut hangat sama mbak resepsionis. Disitu gue disuruh langsung konsul dokter aja dan.... ternyata konsulnya gratis kok! Pas konsul, dokternya ngomongin seluruh problem kulit gue, dari mulai : minyak, komedo, dan jerawat. Habis itu si dokter langsung nulis resep buat gue. Ternyata yang di resepin adalah : 1 botol facial wash merek Wijaya, toner merek Acne Magic Problem – Acaci, 2 cream pagi, 1 cream malam, dan 1 obat totol jerawat. Dan.... Total tagihan yang harus gue bayar buat seluruh obat itu adalah Rp. 396.000. Bener ternyata kata orang-orang, kalo harga obat disini terjangkau banget. Satu hal yang gue tangkep saat berobat di Wijaya, semakin parah kulit lo maka semakin banyak dan mahal juga obat yang harus lo pake. Jadi kalo kulitnya punya sedikit problem, mungkin bawa duit Rp. 250.000 juga cukup.

Back to the topic, kulit gue sembuh!!! Bahkan perubahannya udah keliatan saat hari ke-7 pemakaian obat. Yang gue maksud sembuh disini tuh jerawatnya. Jerawat gue yang tadinya kayak kerikil-kerikil kasar di pipi, berangsur menghilang. Jerawat kecil-kecil gue yang berhamburan di jidat juga pelan-pelan ilang. Kalo minyak nya gimana? Ya inisih masih tetep, cuma beruntungnya minyak gue berkurang aja. Kan kalo biasanya gue pake sekitar 4 kertas minyak buat ngelap muka, sekarang pake 1 atau 2 kertas juga cukup. Kalo masalah komedo gimana? Ya... inisih gabisa diatasin. Obat Wijaya cuma bisa bikin kulit daerah komedo jadi lembut, tanpa menghilangkan komedo tersebut. Jadi kalo mau bersih tanpa komedo, lo harus rutin facial minimal sebulan sekali ke Wijaya. Lo pilih ‘Facial Acne’ itu harganya Rp. 95.000. 

Overall, i love Wijaya. Gue puas banget sama hasilnya. Alhasil sekarang muka gue banyak dipuji-puji bersih. Padahal kalo inget jaman dulu, gue tuh gudangnya bully an kayak, “Mangkanya dong lo cuci muka.” “Itu muka ga dirawat apa?” “Ih kok lu banyak jerawatnya sih?” “Minyaknya kok banyak banget.”

Ini foto gue sebelum perawatan ke Wijaya (no efek ya) 


Oh ya, btw obat Wijaya itu bisa bertahan kira-kira 2-3 bulan. Saran gue, kalo lagi pengobatan di Wijaya, nurut aja semua perintah dokter, krim pagi/malamnya jangan sampe kena kedaerah ujung bibir, lipatan hidung, mata, dll. Jangan sampe berenti pake obatnya, harus rutin terus dipake, jangan sekarang make besok engga lusa make, pokoknya jangan labil! 

Remember girls, beauty are pain and expensive. 

Have some skin problems like me? Ok, just visit Wijaya then. I think this skin care are so recommended for you. So, tunggu apa lagi?

Dan ini foto gue setelah ke Wijaya. Keliatan kan perubahannya? :)

 

Jumat, 06 September 2013

Imbuhan (Afiks) dan Imbuhan Asing (Afiks Asing)


Afiks atau imbuhan adalah bunyi yang ditambahkan pada sebuah kata - entah di awal, di akhir, di tengah, atau gabungan dari antara tiga itu - untuk membentuk kata baru yang artinya berhubungan dengan kata yang pertama.
Imbuhan digolongkan berdasarkan posisi penambahannya sebagai berikut:
1.Prefiks/Awalan
Awalan atau prefiks adalah sebuah afiks yang dibubuhkan pada awal sebuah kata dasar. Kata "prefiks" sendiri diserap dari kata "prefix" yang terdiri dari kata dasar "fix" yang berarti "membubuhi" dan prefiks "pre-", yang berarti "sebelum".
Bahasa Indonesia terutama banyak menggunakan prefiks untuk menurunkan sebuah kata. Dalam studi bahasa Semitik, sebuah prefiks disebut dengan "preformatif", karena prefiks dapat mengubah bentuk kata yang dibubuhinya.
Contoh prefiks dalam bahasa Indonesia:
berlari: ber- adalah prefiks yang memiliki arti "melakukan"
seekor: se- adalah prefiks yang memiliki arti "satu"
mahakuasa: maha- adalah prefiks serapan yang memiliki arti "paling“
Macam-macam Prefiks:
ØPrefiks di-
Berfungsi membentuk kata kerja, dan menyatakan makna pasif. Contoh: diambil, diketik, ditulis, dijemput, dikelola
ØPrefiks me-
Berfungsi membentuk kata kerja atau verba. Prefiks ini mengandung arti struktural. Prefiks ini mengandung beberapa arti:
'melakukan tindakan seperti tersebut dalam kata dasar'. Contoh: menari, melompat, mengarsip, menanam, menulis, mencatat
'membuat jadi atau menjadi'. Contoh: menggulai, menyatai, menjelas, meninggi, menurun, menghijau, menua
'mengerjakan dengan alat'. Contoh: mengetik, membajak, mengail, mengunci, mengetam
'berbuat seperti atau dalam keadaan sebagai'. Contoh: membujang, menjanda, membabi buta
'mencari atau mengumpulkan'. Contoh: mendamar, merotan
ØPrefiks ber-
Berfungsi membentuk kata kerja (biasanya dari kata benda, kata sifat, dan kata kerja sendiri) Prefiks ini mengandung arti :
'mempunyai'. Contoh: bernama, beristri, beruang, berjanggut
'memakai'. Contoh: berbaju biru, berdasi, berbusana.
'melakukan tindakan untuk diri sendiri (refleksif)'. Contoh: berhias, bercukur, bersolek
'berada dalam keadaan'. Contoh: bersenang-senang, bermalas-malas, berpesta-ria, berleha-leha
'saling', atau 'timbal-balik' (resiprok). Contoh: bergelut, bertinju, bersalaman, berbalasan

ØPrefiks pe-
Berfungsi membentuk kata benda dan kata kerja, kata sifat, dan kata benda sendiri. Prefiks ini mendukung makna gramatikal:
'pelaku tindakan seperti tersebut dalam kata dasar'. Contoh: penguji, pemisah, pemirsa, penerjemah, penggubah, pengubah, penatar, penyuruh, penambang.
'alat untuk me...'. Contoh: perekat, pengukur, penghadang, penggaris
'orang yang gemar'. Contoh: penjudi, pemabuk, peminum, pencuri, pecandu, pemadat.
'orang yang di ...'. Contoh: petatar, pesuruh
'alat untuk ...'. Contoh: perasa, penglihat, penggali
ØPrefiks per-
Berfungsi membentuk kata kerja imperatif. Mengandung arti:
'membuat jadi' (kausatif). Contoh: perbudak, perhamba, pertuan
'membuat lebih'. Contoh: pertajam, perkecil, perbesar, perkuat
'menbagi jadi'. Contoh: pertiga, persembilan
ØPrefiks ter-
Berfungsi membentuk kata kerja (pasif) atau kata sifat. Arti yang dimiliki antara lain ialah :
'dalam keadaan di'. Contoh: terkunci, terikat, tertutup, terpendam, tertumpuk, terlambat
'dikenai tindakan secara tak sengaja'. Contoh: tertinju, terbawa, terpukul
'dapat di-'. Contoh: terangkat, termakan, tertampung
'paling (superlatif)'. Contoh: terbaik, terjauh, terkuat, termahal, terburuk.
ØPrefiks ke-
Berfungsi membentuk kata bilangan tingkat dan kata bilangan kumpulan, kata benda, dan kata kerja. Sebagai pembentuk kata benda, prefiks ke- bermakna gramatikal 'yang di ... i', atau 'yang di ... kan', seperti pada kata kekasih dan ketua.

2. Infiks atau sisipan adalah afiks yang dibubuhkan pada tengah-tengah kata. Beberapa bahasa yang memiliki infiks misalnya bahasa Jawa, bahasa Indonesia, dan bahasa Tagalog, dan beberapa bahasa lainnya.
Macam-macam Infiks:
Dalam
bahasa Jawa memiliki beberapa infiks, misalkan infiks –in– yang menyatakan bentuk pasif. Tetapi dalam bahasa Jawa baru hal ini tidak produktif lagi dan dianggap arkhais dan hanya dipergunakan dalam bahasa sastra atau pertunjukan wayang.
Contoh:
karya -> kinarya ("dikerjakan")
carita -> cinarita ("diceritakan")

Penurunan
nomina dengan memakai infiks tidaklah produktif lagi dalam bahasa Indonesia. Kita temukan kini beberapa contoh yang sudah membatu dan oleh banyak orang dianggap sebagai kata yang monomorfemis. Berikut daftar kata dalam bahasa Indonesia yang memiliki/dapat diberi sisipan:
Sisipan -el-
ØGeber -> geleber
ØGembung -> gelembung
ØGetar -> geletar
ØGigi -> geligi
ØGogok -> gelogok
Ø
Sisipan -er-
ØSuling -> seruling
ØGendang -> gerendang
ØGigi -> gerigi
ØKudung -> kerudung
ØRuntuh -> reruntuh(an)
Ø
Sisipan -em-
ØCerlang -> cemerlang
ØJari -> jemari
ØKuning -> kemuning
ØKelut -> kemelut
ØKilau -> kemilau
Sisipan -in-
ØKerja -> kinerja
ØSambung -> sinambung
ØTambah -> tinambah
Sisipan -ah-
ØBagian -> bahagian
ØBaru -> baharu
ØBasa -> bahasa
ØCari -> cahari (dalam "mata pencaharian")
ØDulu -> dahulu
ØRayu -> rahayu
 
3. Sufiks atau akhiran adalah afiks yang dibubuhkan pada akhir sebuah kata. Dalam bahasa Indonesia, "-nya", sebagai contoh adalah sebuah sufiks.
Contoh : -an, -i, -kan, -ku, -mu, -nya, -kah, -lah, -tah
4. Konfiks adalah afiks yang terdiri dari prefiks dan sufiks yang ditempatkan di antara kata dasar. Kata "konfiks" berasal dari bahasa Latin con- (dengan), dan -fix (tambahan). Afiks ini sering dijumpai di dalam bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa daerah di Indonesia. Contoh di dalam bahasa Indonesia: "bersenang-senanglah", "dibagikan", "mempertanggungjawabkan", dll.
Contoh: per-an, pe-an
vImbuhan Asing/Afiks Asing
Afiks asing ialah afiks yang berasal atau hasil pungutan dari bahasa asing yang kini telah menjadi bagian sistem bahasa Indonesia. Untuk menyatakan suatu afiks bahasa asing telah diterima menjadi afiks bahasa Indonesia, apabila afiks tersebut sudah mampu keluar dari lingkungan bahasa asing dan sanggup melekat pada bentuk dasar bahasa Indonesia.
Contoh:
pra-     +          sejarah            =          prasejarah
-ik       +          patriot             =          patriotik